Mengenal Lebih Dekat Hambatan Rekayasa Genetika pada Tanaman Organik

Rekayasa genetika telah menjadi sebuah metode yang revolusioner dalam memperbaiki kualitas tanaman. Namun, penerapannya pada tanaman organik sering kali menemui hambatan. "Hambatan terbesarnya adalah adanya ketakutan dan keraguan dari masyarakat mengenai keamanan produk hasil rekayasa genetika," ujar Dr. Siti Nurul Aidil, seorang ahli bioteknologi dari Universitas Indonesia.

Hambatan lain yang umum adalah regulasi ketat. Hal ini dikemukakan oleh Dr. Iwan Haridjaja, peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang menjelaskan, "Proses pengembangan tanaman transgenik membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Selain itu, pengujian keamanan dan efektivitasnya juga memerlukan proses panjang dan mahal."

Tidak hanya itu, bias negatif terhadap rekayasa genetika juga menjadi hambatan. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Denny S. Adhitama, seorang ahli agribisnis dari Institut Pertanian Bogor, "Beberapa masyarakat masih beranggapan bahwa tanaman hasil rekayasa genetika bersifat sintetis dan tidak alami."

Solusi Efektif untuk Mengatasi Hambatan Rekayasa Genetika pada Tanaman Organik

Menyikapi hal tersebut, beberapa solusi dapat diajukan. Pertama, peningkatan edukasi publik sangat diperlukan. Dr. Siti Nurul Aidil menyarankan, "Kami perlu lebih banyak berbicara kepada masyarakat tentang bagaimana teknologi ini bekerja dan manfaatnya bagi pertanian dan pangan."

Selanjutnya, peneliti harus berkolaborasi dengan pemerintah dan pengambil kebijakan untuk membuat regulasi yang lebih ramah. "Kami perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa regulasi yang ada mendukung penelitian dan pengembangan tanaman transgenik," imbuh Dr. Iwan Haridjaja.

Selain itu, peneliti juga perlu menciptakan dialog dengan masyarakat. "Penting untuk mendengarkan kekhawatiran masyarakat dan menjelaskan bahwa rekayasa genetika adalah alat yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman organik," tutur Prof. Denny S. Adhitama.

Terakhir, peneliti perlu terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk membuktikan bahwa tanaman hasil rekayasa genetika adalah aman dan bermanfaat. "Pada akhirnya, bukti ilmiah yang kuat akan membantu meredakan ketakutan dan keraguan masyarakat," jelas Dr. Siti Nurul Aidil.

Dengan demikian, kendala rekayasa genetika pada tanaman organik dapat ditangani dengan baik. Diperlukan kerja sama dan komunikasi yang baik antara peneliti, pemerintah, dan masyarakat. Dengan begitu, potensi rekayasa genetika dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk keberlanjutan pertanian dan pangan di Indonesia.